HmI Cabang Medan: Mati Suri di Tengah Kepentingan Pribadi
Kondisi HmI Cabang Medan: Antara Idealitas dan Realitas
Kondisi HmI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Medan saat ini bisa dibilang berada di titik nadir. Organisasi yang seharusnya menjadi wadah perjuangan dan pembinaan bagi mahasiswa Islam kini mengalami "kematian" dari segala bentuk administrasi dan aktivitas. Hal ini tidak lepas dari berbagai macam kepentingan oknum-oknum di dalamnya, yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan organisasi dan nilai-nilai yang diperjuangkan HmI selama ini.
Bukan rahasia lagi bahwa banyak kader HmI Cabang Medan yang kini lebih sibuk mengurusi "perut" mereka sendiri daripada mengemban amanah sebagai anggota organisasi. Tindakan tamak dan egois ini bukan hanya melukai HmI sebagai sebuah organisasi, tetapi juga mengkhianati khittah atau prinsip dasar perjuangan yang selama ini dijunjung tinggi. Mereka lupa bahwa HmI didirikan dengan tujuan mulia untuk mencetak kader-kader pemimpin masa depan yang berintegritas dan berkomitmen pada Islam serta keadilan sosial.
Namun, realitas di lapangan menunjukkan hal yang sebaliknya. Para kader HmI Cabang Medan tampaknya lebih sibuk mencari "keuntungan" daripada berjuang demi tegaknya nilai-nilai perjuangan HmI. Dalam situasi seperti ini, organisasi bukannya berkembang atau berperan aktif dalam dinamika sosial, politik, dan kebudayaan, melainkan justru mati suri—berada dalam keadaan tidak berfungsi dan tak lagi menjadi wadah yang berdaya guna.
Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan, mengingat HmI sebagai organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia seharusnya bisa menjadi motor penggerak perubahan di tengah masyarakat. Namun, ketika kader-kadernya lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kolektif, bagaimana mungkin HmI bisa tetap relevan dan memiliki dampak nyata? Kepercayaan publik pun semakin menurun karena ulah segelintir oknum yang hanya mementingkan diri sendiri.
Sudah saatnya kader-kader HmI Cabang Medan bangkit dan kembali pada khittah perjuangannya. Mereka harus mengingat kembali bahwa tujuan mereka bergabung dengan HmI bukanlah untuk mencari keuntungan sesaat, melainkan untuk belajar, berjuang, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat. HmI tidak boleh mati karena oknum-oknum yang tamak dan serakah. Organisasi ini harus hidup kembali, dengan semangat baru yang dilandasi oleh komitmen terhadap prinsip-prinsip Islam dan keadilan.
Jika kader-kader HmI Cabang Medan mampu mengesampingkan kepentingan pribadi dan kembali ke nilai-nilai dasar HmI, niscaya organisasi ini bisa bangkit dari mati surinya dan kembali berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Kini, semua tergantung pada kemauan mereka untuk berubah dan bergerak menuju arah yang benar.